twitter
rss

Mahasiswa Islam yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa - GEMA Pembebasan mendesak pemerintah menunda pengesahan Rancangan Undang-Undang Intelijen yang dianggap masih banyak mengandung pasal multitafsir.

Pengurus Wilayah DPD Gema Pembebasan Sulsel, Arief Shidiq Pahany, saat melakukan aksi unjuk rasa di Makassar, Jumat (29/4), mengatakan banyak frasa yang sangat berbahaya dalam Rancangan Undang-undang (RUU) Intelijen itu yang perlu diluruskan karena aturannya berpotensi mengembalikan bangsa ini ke masa orde baru dulu.

"Seperti yang disampaikan Al Araf (Direktur Program Imparsial), terdapat 25 pasal yang bermasalah dalam RUU itu sehingga perlu dipertimbangkan lagi proses pengesahannya," ucap dia.

Dia menilai, isu bom yang berkembang saat ini sangat memungkinkan aturan intelijen ini untuk mengalihkan berbagai permasalahan kasus korupsi, penyanderaan kapal MV Sinar Kudus, kasus Bank Century dan beberapa kasus-kasus fundamental lainnya.

Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar sebelumnya mengatakan undang-undang tentang intelijen yang rancangannya tengah dibahas bersama DPR dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas kewenangan Badan Intelijen Negara dalam menjalankan tugasnya.

"Jika UU tentang Intelijen nantinya diberlakukan maka tindakan intelijen akan lebih terukur dan terkoordinasi sehingga tidak terjadi pelanggaran hak azasi manusia (HAM)," kata Patrialis Akbar usai menghadiri rapat kerja dengan Komisi I DPR RI dengan agenda pembahasan RUU tentang Intelijen di Gedung DPR RI di Jakarta, beberapa waktu yang lalu.

Rapat kerja yang dihadiri Kepala BIN, Jenderal Polisi (Purn) Sutanto juga mengatur soal tindakan intelijen dan berbagai macam kewenangannya yang ada batasannya.

Adanya batasan kewenangan tersebut guna menghilangkan kekhawatiran masyarakat terhadap kemungkinan tindakan sewenang-wenang dan bisa melanggar HAM.

Jika RUU tentang Intelijen ini nantinya telah diberlakukan sebagai undang-undang, kelembagaan BIN akan melakukan koordinasi dengan kepolisian, sehingga aparat penegak hukum bisa cepat mendeteksi secara dini seluruh persoalan bangsa sekaligus memberi perlindungan HAM. [TMA, Ant]
Baca Selengkapnya...

KOMPAS.com - Sebagian siswa mungkin belum mengenal dan memahami sistem kredit semester (SKS) yang umum digunakan mahasiswa. Sejak 2007 lalu, Kementerian Pendidikan Nasional menerapkan SKS pada tingkatan sekolah menengah atas, termasuk di sekolah kami, SMA Negeri 78 Jakarta Barat.
SKS enggak bikin tertekan. Tapi, kadang membuat bosan karena pelajaran selama seminggu itu-itu saja.
-- Yulistian Nugraha
SKS adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang membebaskan peserta didik untuk menentukan sendiri berapa banyak beban belajar yang akan diikuti pada tiap semester. Namun, karena di sekolah kami SKS yang diterapkan dikategorikan "rintisan", beban belajar untuk setiap semester tak bisa sebebas mahasiswa.

Di SMAN 78, setiap murid wajib mengambil 20 SKS untuk jumlah minimal. Bila kemampuan siswa dalam belajar dinilai cukup, dia berhak mengambil 4 SKS tambahan, menjadi 24 SKS (untuk kelas reguler), bahkan 30 SKS (kelas siswa cerdas, istimewa, setara akselerasi). Untuk memudahkan siswa memilih, mata pelajaran dimasukkan ke paket pelajaran yang keseimbangan kurikulumnya telah dipertimbangkan oleh dewan guru.

Tertekan dan terbebani
SMAN 78 menjadi sekolah percobaan pertama yang menerapkan SKS dari semua SMA di Jakarta. Jadi, masih ada kekurangan yang dirasakan siswa meski sebenarnya SKS bertujuan mempercepat proses belajar.

Contohnya, masalah beban belajar. Kalau biasanya pelajaran Matematika di sekolah yang belum menggunakan SKS diajarkan di setiap semester dalam 3 tahun, di SMAN 78 pelajaran ini (Matematika biasanya diselesaikan dalam 6 semester) diwajibkan selesai dalam 4 semester.

Penjurusan menuju kelas IPA atau IPS pun dilaksanakan pada semester II di kelas 10. Ini berarti beban belajar dalam setahun masa kelas 10 diwajibkan tuntas hanya dalam 6 bulan. Berat juga, ya?

Akibat perubahan cara belajar itu, tak jarang siswa merasa terbebani dan tertekan. Aisyah Kurnia Utami (Ami) dan Alsafwa Rizki Zumara (Alsa), siswa kelas 10, mengatakan, mereka sempat merasa stres saat menjalani semester I di SMAN 78.

"Stres karena sistem belajar di SMP sama SMA beda. Di SMA semua pelajaran lebih spesifik. Di SMAN 78 waktu belajarnya lebih singkat karena penjurusan dimulai di semester II," tutur Ami dan Alsa sependapat.
Alsa bahkan sampai menangis saat mendapat tugas "menggunung" dari guru.

"Aku nangis gara-gara waktu itu sampai pusing ngerjain tugas. Belum lagi nilai yang ancur-ancuran," ujarnya.
Pengalaman Ami dan Alsa berbeda dengan Yulistian Nugraha (Tian). Ia telah merasakan sistem belajar ini selama hampir 3 tahun. Ia bisa beradaptasi.

"SKS enggak bikin tertekan. Tapi, kadang membuat bosan karena pelajaran selama seminggu itu-itu saja," katanya.

Tak selamanya buruk
Berarti, tak selamanya SKS buruk ya? Benar sekali! SKS juga punya sisi positif jika siswa bisa mengesampingkan rasa tertekannya.

Billymansyah contohnya, siswa SMAN 78 kelas 10 ini dengan mantap mengatakan, ia memilih belajar di sekolah dengan sistem SKS daripada sekolah bersistem belajar biasa.

"Soalnya enak. Kalau pakai SKS, enggak ada yang namanya enggak naik kelas. Kalau ada pelajaran yang enggak lulus, bisa langsung diklinik (diperbaiki dengan jam tambahan belajar) di semester berikutnya," ujar Billy.

Dengan SKS, siswa juga lebih fokus. Audi dari SMA Negeri 65 Jakarta Barat mengatakan, "Pelajaran yang diujikan di UTS dan UAS jadi lebih sedikit walaupun bahan pelajarannya banyak. Lebih enak, soalnya kita bisa fokus sama pelajaran. Kalau sistem biasa kan jumlah mata pelajarannya banyak banget. Jadi kita enggak fokus."

Terkait hal itu, Bapak Nursyamsudin, Wakil Bidang Hubungan Masyarakat SMAN 78, menjelaskan, tak seharusnya SKS membuat murid tertekan. Menurut dia, kedisiplinan belajar sangat memengaruhi kesuksesan siswa.

"Kalau masalah beban belajar lebih banyak, karena kalian juga diberi waktu lebih banyak dibandingkan sekolah lain yang belum menggunakan SKS. Makanya, harus benar-benar rajin biar enggak ketinggalan pelajaran karena guru tak bisa menjelaskan semua bahan pelajaran secara detail dalam 2 jam pelajaran di kelas. Jadi, harus ada inisiatif siswa untuk belajar lagi di rumah," tuturnya.

Nah, sudah terbayang kan bagaimana cara kerja SKS serta apa keuntungan dan kerugiannya?
Untuk masalah siap atau enggaknya kita dengan SKS, semuanya tergantung diri sendiri. Intinya, semua hal punya kelebihan dan kekurangan. Jika kita bisa memfokuskan diri pada hal positif yang diberikan SKS, kita pasti merasa nyaman dan dapat beradaptasi.

Di Inggris, contohnya, SKS telah diterapkan sejak primary school (SD). Sistem ini terbukti menghasilkan lulusan berkualitas. Apabila suatu saat nanti SKS diterapkan di semua sekolah di Indonesia, diharapkan hal itu memberikan hasil lebih baik bagi generasi penerus bangsa.
Baca Selengkapnya...

KOTAWARINGIN BARAT--BN: DEWAN Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kotawaringin Barat (Kobar) meminta pendaftaran mahasiswa di DIII Keperawatan STIKES Cirebon dibatalkan.

Ketua Komisi A DPRD Kobar M Ichsan menyatakan,... pembatalan pendaftaran mahasiswa dimungkinkan karena tercantum sebagai salah satu klausul dalam memorandum of understanding (MoU) kerja sama antara Dinkes Kobar dan STIKES Cirebon.

“MoU itu menyebutkan kalau ada pembatalan kerja sama, calon mahasiswa yang sudah didaftarkan bisa dibatalkan dan seluruh biaya akan dikembalikan,” papar Ichsan dalam rapat kerja antara DPRD, dan Dinkes, RSUDaerah Sultan Imanuddin, serta BKD Kobar, kemarin.

Pembatalan pendaftaran calon mahasiswa di STIKES Cirebos harus secepatnya dilakukan mumpung belum masuk tahapan perkuliahan.

Jauhnya jarak tempuh, kata dia,  dapat menjadi salah satu alasan yang menjadi pertimbangan pembatalan kerja sama tersebut.

“Cirebon sangat jauh. Mengapa tidak mencari yang dekat saja, seperti di Palangkaraya. Poltekkes Palangkaraya saat ini sudah menjalin kerja sama untuk DIII Kebidanan,” bebernya.

Wakil Ketua DPRD Kobar Hasanuddin Noor yang memimpin rapat kerja itu mene­gaskan, DPRD Kobar akan menyetujui program Dinkes Kobar yang bertujuan meningkatkan SDM kesehatan. (DF/B-5) Comments
Baca Selengkapnya...


Sering saya melihat lulusan perguruan tinggi bingung ketika lulus. Pertanyaan meneror pikirannya. Mau kemana? Kerja apa? Saya kadang mikir, kok bisa ya perguruan tinggi melahirkan lulusan bingung? Apa yang salah? Jika melahirkan lulusan bingung, sebenarnya keberadaan perguruan tinggi buat apa?

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik 2010 lalu, masih sekitar 7,14 persen atau sekitar 8,3 juta orang dari 116,5 juta angkatan kerja yang menganggur. Masih ada 30 persen tenaga kerja Indonesia yang belum terserap oleh pasar kerja, utamanya lulusan perguruan tinggi yang terus bertambah setiap tahun (kompas.com, 10/2).

Data di atas menyesakkan dada. Perguruan tinggi telah menjadi lokus pembelajar kerdil. Kerdil dalam menciptakan lingkungan penuh semangat untuk belajar. Kerdil membangun mental kemandirian mahasiswanya. Kerdil untuk membaca peluang lapangan kerja di luar yang disediakan negara dan dunia industri. Atau kerennya menjadi entrepreneur.

Coba lihat sangat banyak lulusan perguruan tinggi yang menaruh cita-cita setinggi langit; MAU MENJADI PEGAWAI NEGER SIPIL (PNS). Cita-cita itu hanya satu-satunya. Cita yang lain dipilih kalau terpaksa. Maka berbarislah lulusan perguruan tinggi dalam deretan panjang pengharap pegawai negeri. Ia mengadu nasib menjadi dua pegawai negeri terpilih dari 1.000 orang pelamar. Tak heran, jika gagal, coba lagi. Seperti teman saya tak kapok-kapok tes CPNS sampai 7 kali, meski tetap tidak lulus.

Apakah ada yang salah dalam kampus kita? Tak mudah menjawabnya. Tak mudah juga menuduhnya. Jika ada jawaban dan tuduhan anggap saja sebagaian bagian dari mimpi bahwa perguruan tinggi sejatinya tak mencetak lulusan bingung.

Ijinkan saya di sini ikut rembuk. Saya mencatat ada beberapa hal yang membuat mahasiswa bingung paska lulus. Catatan itu antara lain :
  1. Ideologi pendidikan kampus telah tersandera kepentingan industri. Lulusannya diharapkan mengisi struktur lapangan kerja yang sudah disediakan oleh negara dan dunia industri. Sampai di sini kita tidak perlu bertanya tentang makna pembebasan dalam pendidikan. Karena pendidikan sudah sangat tergantung kepada kepentingan yang pada titik tertentu begitu perkasanya. Maka tak salah jika lulusannya rame-rame berderet untuk memasuki struktur yang sudah disediakan itu.
  2. By design kurikulum yang dipelajari di kampus dirancang untuk kepentingan ideologi di atas. Maka yang dipelajari semua sangat abstrak. Tak menyentuh konteks sosial-budaya masyarakatnya. Jadi wajar jika mahasiswa yang baru lulus ketika keluar dari kampus seperti mahkluk asing. Ia kehilangan basis budayanya sebagai sumber inspirasi untuk bisa menjadi mandiri.
  3. Implikasinya ketika ideologi pendidikan sudah dirancang untuk kepentingan industri, para mahasiswa dibekuk pikirannya untuk tidak keluar dari “kotak” atau “batas” yang sudah disediakan. Maka mahasiswa terbiasa berpikir di “zona nyaman”. Ia sulit berfikir out of the box. Keluar dari kotak dan mengeksplorasi pikiran-pikiran cerdas sepertinya sulit dilakukan mahasiswa.
  4. Virus ketergesaan (gaya hidup instan) sudah menyerang kampus. Satu contoh, semester pendek dirancang untuk memberikan pelayanan cepat kepada mahasiswa yang kebetulan tidak lulus di semester tertentu. Dengan adanya semester pendek si mahasiswa tidak perlu bersabar menunggu tahun depan. Jika tidak lulus langsung ikut semester pendek ketika liburan asal punya uang. Jadi semua mahasiwa tergesa-gesa untuk cepat lulus. Cuma ada satu yang hilang, mahasiswa tidak mengalami kedalaman belajar di kampus karena setiap hari diteror “keburu selesai”. Jadi wajar juga, jika sikap ketergesaan ini pada akhirnya membuat mahasiswa kebingungan ketika lulus.
Mungkin banyak penyebab lain tetapi saya hanya mampu mencatat empat. Tetapi yang empat di atas dalam pandangan saya turut membentuk hilangnya semangat kewirausahaan di perguruan tinggi.
Lalu, apa yang seharusnya dilakukan?
  1. Perguruan tinggi seharusnya perlu merumuskan kembali ideologi pendidikannya. Ideologi pendidikan harus disambungkan dengan semangat kewirausahaan. Tentu hal ini bukan pekerjaan instan. Karena kultur bangsa kita lebih menghargai lulusan yang bekerja di birokrasi dan (belakangan) di dunia industri. Kultur ini mengakar kuat dalam alam bawah sadar bangsa kita sebagai bangsa yang beratus-ratus tahun berada dalam cengkeraman penjajahan
  2. Karena kewirausahaan membutuhkan pikiran-pikiran cerdas dan kreatif, maka sangat diperlukan bagi perguruan tinggi untuk menyediakan lingkungan, melembagakan, dan mentradisikan munculnya pikiran-pikiran cerdas dan kreatif. Pikiran-pikiran cerdas dan kreatif tentu saja melampaui dari sekedar kecerdasan akademik yang wujud angka-angkanya ada dalam selembar kertas IP.
  3. Perguruan tinggi perlu membangun network dengan lembaga-lembaga kewiraswastaan yang sevisi. Jika jejaring ini terbangun dengan solid akan memberi warna bagi proses pendidikan kewirausaahaan di perguran tinggi dan akan menjadi saluran semangat kewiraswastaan mahasiswa paska lulus dari perguruan tinggi.
  4. Perguruan tinggi seharusnya menghargai mahasiswanya yang sudah memulai wiraswasta sambil kuliah. Kalau perlu, perguruan tinggi memfasilitasi berdirinya organisasi intra bagi mahasiswa yang sudah berwiraswasta. Organisasi itu setara dengan organisasi intra lainnya yang juga memperoleh hak budgeting dari peguruan tinggi. Dengan demikian, wiraswastawan mahasiswa merasa dihargai oleh pihak kampus ketimbang dianggap pemalas karena sering absen.
Itulah sekelumit yang bisa saya sumbang. Semoga kampus ke depan tidak lagi melahirkan lulusan bingung.
Baca Selengkapnya...

YOGYAKARTA--MICOM: Rektor UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta Musa Asy'arie mengatakan akan mengintensifkan dan membuka ruang-ruang dialogis di kampusnya. Hal itu dilakukan setelah tertangkapnya tersangka teror bom buku dan bom Serpong yang diketahui lulusan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Musa menilai aksi teror bom yang melibatkan kalangan akdemisi terutama di kampus Islam karena

tidak adnya keterbukan dialog dengan berbagai budaya. "Hal itu mengakibatkan kefrustasian sosial karena tidak ada penyelesaian yang kongkret," ucapnya kepada Media Indonesia, Sabtu (23/4).

Musa mengatakan di kampus UIN Yogyakarta masih aman dan tidak ada oraganisasi anarkisme

sehingga tidak perlu dikhwatirkan. Ia mengatakan mencoba mengakomodir semua kultur keberagaman yang ada.

"Tidak ada, organisasi-organisasi dengan idiologi yang mengarah pada tindakan terorisme atau radikalisme. Kultur keagamanan di kampus UIN Sunan Kalijaga masih sangat terbuka dan terbuka untuk berbagai budaya yang ada," katanya. (*/OL-04)
Baca Selengkapnya...

Foto: Mahathir Rizki, salah satu korban 'cuci otak' yang kini mengaku berada di Semarang, Jawa tengah. Dia sudah mengaku masuk NII dan siap mendirikan Negara Islam Indonesia.

MALANG, KOMPAS.com — Kasus cuci otak yang menimpa 15 mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) belum tuntas terselesaikan. Bahkan, kini pihak kampus dikabarkan melarang mahasiswa yang menjadi korban untuk berbicara kepada media.

Tak hanya itu, tersiar kabar pihak UMM sudah mulai merasa terganggu dengan kasus ini. Pasalnya, masa penerimaan mahasiswa baru kian mendekat.

Larangan bagi korban untuk memberi komentar diakui Ismed Jayadi, paman dari Mahathir Rizki, salah satu korban yang kini berada di wilayah Jawa Tengah dan dikabarkan telah aktif dalam organisasi Negara Islam Indonesia.

Sejak Rabu (20/4/2011) malam, salah satu korban cuci otak, yakni Muhammad Hanif, yang nyaris di-baiat di Jakarta, sudah tidak bisa dihubungi awak media. Dikabarkan, ada ancaman akan dikeluarkan dari kampus bagi mereka yang berbicara kepada media.

"Setahu saya, handphone M Hanif sekarang sudah tak bisa dihubungi. Nomor teleponnya sudah tidak aktif. Informasinya, Hanif tidak boleh bicara ke media lagi," kata Ismed, Jumat (22/4/2011) siang.  "Mungkin kampus khawatir para calon mahasiswa takut untuk masuk UMM. Dan bisa saja kampus mulai melakukan pencitraan," sambungnya.

Nomor ponsel Hanif  yang coba dihubungi Kompas.com, pagi ini, memang kini sudah tidak aktif.
Namun, semua tuduhan tersebut dibantah Kepala Bagian Hubungan Masyarakat UMM Nasrullah. "Informasi itu tidak benar. Pihak UMM tidak pernah melarang para korban bicara ke media. Tetapi untuk sementara korban diminta agar fokus dan berkonsentrasi ke UTS (ujian tengah semester) yang saat ini masih berlangsung," katanya.

Nasrullah mengatakan, pihak orangtua korban pun meminta kepada pihak kampus agar anak-anak mereka tidak memberi komentar kepada media. "Bukan dilarang oleh kampus. Kalau sudah selesai UTS, silakan diwawancarai lagi para korban itu," kilahnya tegas.

Sementara terkait dengan kabar adanya ancaman pemecatan dari kampus bagi mahasiswa yang bersaksi kepada media, Nasrullah pun membantahnya. "Wah, kabar itu sangat tidak benar. Pihak UMM tidak pernah mengancam para korban kalau diketahui komentar ke media akan dikeluarkan," tegasnya lagi.

Ia menambahkan, pihak UMM telah menurunkan tim khusus yang terdiri dari sejumlah dosen dan mahasiswa senior yang bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mengawasi perkembangan kasus ini.
Baca Selengkapnya...

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Mahasiswa empat kampus di Yogyakarta menjadi sasaran perekrutan anggota organisasi terlarang Negara Islam Indonesia (NII). Hal ini terungkap berdasarkan keterangan FT (21), seorang mahasiswi perguruan tinggi swasta (PTS) di Yogyakarta, tersangka perekrut anggota NII, yang ditangkap polisi pada Kamis (21/4/2011) malam.

FT, salah satu anggota jaringan anggota terlarang NII, ditangkap polisi ketika tengah melakukan perekrutan di daerah Karangmalang, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Ketika itu, FT tengah menemui YT, mahasiswa PTS di Yogyakarta, dan mengajak bergabung dengan sebuah organisasi.

Namun, YT curiga karena diminta membayar Rp 400.000 untuk masuk ke organisasi tersebut. Karena curiga, YT melaporkan ke ketua RT tempat dia kos. kemudian, pengurus RT melaporkan hal itu ke polisi dan dilakukan penangkapan.

Kapolda DIY Brigjen (Pol) Ondang Sutarsa mengatakan, berkat laporan dari warga masyarakat, pihaknya berhasil mengamankan seorang perekrut NII yang kini tengah menjadi perhatian aparat. Penyidik Polda saat ini tengah mengembangkan kasus ini berdasarkan keterangan dari tersangka FT.

Polisi berupaya mencari keterangan sebanyak-banyaknya dari FT untuk mengungkap jaringan NII di Yogyakarta dan sekitarnya.

"Sedikitnya ada empat kampus yang menjadi sasaran perekrutan NII. Namun, saya belum bisa menjelaskan kampus mana saja. Sebab, masih dalam taraf pengembangan. Tampaknya jaringan ini ada kaitannya dengan yang ada di Jakarta. Berarti sudah masuk Jogja," jelas Kapolda.

Oleh karena itu, lanjut Kapolda, seluruh komponen warga masyarakat, baik dari kalangan akademisi, birokrasi, maupun camat dan kepala desa sampai pengurus RT serta warga masyarakat untuk bekerja sama memantau wilayahnya masing-masing dan bekerja sama dengan polisi untuk melakukan langkah antisipasi agar jaringan ini tidak berkembang.

"Kami mengimbau kepada semua pihak untuk bersinergi, bekerja sama. Sebab, perekrutan diutamakan dari kalangan mahasiswa dan di Jogja banyak mahasiswanya," kata Ondang Sutarsa.
Baca Selengkapnya...

LONDON, KOMPAS.com — Prof Kacung Marijan dan Wahidah Zein Siregar, PhD dari Surabaya, Jawa Timur, tampil sebagai pembicara dalam forum politik terhormat di London, Inggris, baru-baru ini.

Mereka "berpolitik" dalam konferensi Political Studies Association, perkumpulan ilmuwan politik pertama di dunia itu.

Prof Kacung Marijan adalah Guru Besar Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya, sekaligus salah satu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Kepada koresponden Antara London, Sabtu (23/4/2011, Kacung mengatakan, dirinya bersama dosen sosiologi IAIN Sunan Ampel Surabaya, Wahidah Zein Siregar, PhD, menjadi pembicara dalam konferensi yang diikuti 500 orang dari 50 negara itu.

Kacung Marijan menyampaikan makalah berjudul Electoral System and the Marketization of Politics: The Indonesian Experience. Sementara makalah Wahidah Zein Siregar berjudul Electoral System and the Presentation of Women in Indonesia’s Parliament: Comparison between the 2004 and the 2009 Election.

Baik Kacung Marijan maupun Wahudah berpendapat, perubahan sistem pemilu dari semiproporsional terbuka menjadi sistem proporsional terbuka pada Pemilu 2009 membawa perubahan yang sangat berarti di Indonesia.

Perubahan sistem itu telah membawa pemilu di Indonesia seperti pasar. Baik partai maupun politisi seperti para penjual barang yang berebut menawarkan barang dagangannya kepada para pembeli.

"Akibatnya, kompetisi menjadi sangat ketat," kata Kacung Marijan. Konsekuensinya, kompetisi bukan hanya antarpartai, melainkan juga antarcalon di dalam partai sendiri. Kompetisi itu berkonsekuensi terhadap semakin mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh partai ataupun calon.

Perubahan itu, lanjut Kacung Marijan, juga berpengaruh terhadap posisi partai politik. Peran partai dalam memperebutkan suara pemilih berkurang. Sebaliknya, peran individu calon semakin besar.

Sementara Wahidah Zen Siregar berpendapat, perubahan sistem itu telah memberi kesempatan luas kepada perempuan untuk bersaing dalam memperebutkan kursi di DPR atau DPRD.

Menurutnya, perubahan ini telah membuat tambahnya jumlah perempuan di lembaga perwakilan rakyat. Meskipun demikian, Wahidah juga khawatir sistem itu membuat posisi anggota DPR mudah terancam. Hal ini terlihat dari banyaknya wajah-wajah baru anggota DPR 2009-2014.

Konsekuensinya, wajah-wajah baru ini harus lebih banyak belajar di dalam menjalankan perannya di DPR. Lemahnya kinerja anggota DPR dalam tahun-tahun terakhir ini, lanjut dia, tidak lepas dari banyaknya anggota DPR yang tidak berpengalaman.

Selain menghadiri konferensi di PSA, Kacung Marijan sebagai salah satu Ketua PBNU juga bertemu dengan pengurus NU dan Muslimat Cabang Istimewa Inggris yang menyampaikan salut atas perkembangan warga NU di Inggris dan berharap adanya kontribusi pemikiran untuk memperbaiki NU di Indonesia.
Baca Selengkapnya...

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebanyak 425 mahasiswa asing dari 62 negara yang mendapatkan beasiswa Darmasiswa, Selasa (19/4/2011) sore, tiba di Universitas Nasional (Unas), Pejaten, Jakarta Selatan. Kedatangan mahasiswa asing tersebut untuk menghadiri acara pembekalan yang tahun ini diadakan di Unas.
Program ini juga ditujukan untuk menyediakan link atau hubungan budaya serta kesepahaman yang lebih kuat di antara negara partisipan.
-- Ananto Kusuma

Disambut kesenian tradisional Betawi, para peserta program beasiswa Darmasiswa tersebut melakukan pawai dengan berjalan kaki dari Balai Rakyat Ps Minggu menuju Kampus Unas. Sesampainya di kampus, para mahasiswa asing tersebut juga disuguhkan dengan prosesi penyambutan khas masyarakat Betawi, seperti tradisi pencak silat "palang pintu", ondel-ondel, serta kuliner.

Darmasiswa adalah program beasiswa yang ditawarkan kepada pelajar asing dari sejumlah negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia untuk mempelajari bahasa, kesenian, musik, serta kerajinan khas Indonesia. Para peserta beasiswa tersebut dapat memilih satu dari 45 universitas yang tergabung dalam kerja sama program ini di seluruh Indonesia.

"Tujuan utamanya adalah untuk mempromosikan dan meningkatkan ketertarikan mahasiswa asing terhadap bahasa dan budaya Indonesia. Program ini juga ditujukan untuk menyediakan link atau hubungan budaya serta kesepahaman yang lebih kuat di antara negara partisipan," kata Kepala Biro dan Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Ananto Kusuma, Selasa (19/4/2011), di Kampus Unas.

Adapun acara pembekalan tersebut akan berlangsung selama tiga hari, 19-21 April 2011. Setelah pembukaan di Unas, acara dilanjutkan dengan kegiatan kolaborasi kebudayaan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan ditutup oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh di Kemdiknas, 20 April mendatang.
Baca Selengkapnya...

BANDUNG, KOMPAS.com - Kemenangan tim robot Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Komputer Indonesia (Unikom) pada kontes robot di Trinity College, Connecticut, Amerika Serikat (AS) disambut positif. Sambutan itu termasuk dari Rektor ITB Prof Akhmaloka yang mengatakan, kemenangan Indonesia itu membuktikan bahwa sumber daya manusia Indonesia kuasai teknologi robotika.
Selama ini riset robotika belum bisa nyambung karena belum dilirik industri. Yang ada, penelitian ke mana, kebutuhan industri ke mana.
-- Akhmaloka

"Selama ini riset robotika belum bisa nyambung karena belum dilirik industri. Yang ada, penelitian ke mana, kebutuhan industri ke mana," ujar Akhmaloka kepada Kompas.com di sela-sela peresmian Training Center Huawei dan Sekolah Tinggi Elektroteknik dan Informatika (STEI) ITB di Bandung, Senin (11/4/2011).

Akhmaloka berharap, dengan berbagai prestasi di bidang robotika para mahasiswa itu semakin membuka mata banyak pihak bahwa kapasitas SDM lokal untuk mengembangkan teknologi robotika bisa diandalkan. Ke depan, kata Akhmaloka, mesin-mesin industri berbasis kendali robot seharusnya tidak perlu bergantung impor.

Ditanya mengapa riset robotika di perguruan tinggi sepertinya jalan di tempat, Akhmaloka membantahnya. Menurutnya, riset terus berkembang dan terus menghasilkan lebih banyak ahli di bidang robotika. Selain itu, penguasaan terhadap teknologi robot di Indonesia juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

"Selama ini yang sanggup dilakukan di laboratorium mungkin hanya modelling robot. Tapi itu menjadi dasar yang penting untuk pengembangan lebih lanjut," jelas Akhmaloka.

Ia berharap, kelak ada kerja sama lebih baik antara perguruan tinggi dan berbagai pihak, termasuk industri yang membutuhkan teknologi robot sehingga hasil riset dapat diarahkan untuk memenuhi kebutuhan di lapangan.

Seperti diberitakan, 7 robot yang mewakili tim Indonesia berhasil mendapatkan juara dari berbagai kategori lomba pada 18th Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest di Hatrford, Connecticut, Amerika Serikat (AS), 9-10 April 2011. Robot Unikom meraih tiga kemenangan di kategori RoboWaiter, masing-masing juara 1 kelas advance serta juara 1 dan 3 kelas standar.

Sementara itu, robot dari ITB meraih 2 juara di kategori Robot Berkaki, masing-masing juara 1 dan 2. Robot UGM meraih 2 juara kategori robot beroda masing-masing juara 1 dan 2.
Baca Selengkapnya...

KOMPAS.com — Kementerian Komunikasi dan Informatika kembali menawarkan kesempatan beasiswa pendidikan S-2 di luar negeri untuk tahun akademik 2011/2012. Hanya saja tawaran ini berlaku khusus bagi pegawai negeri sipil (PNS) di lembaga kementerian dan nonkementerian, termasuk TNI/POLRI, baik di lingkungan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, serta karyawan dan karyawati swasta yang berhubungan dengan bidang teknologi dan informasi.

Beasiswa akan diberikan kepada para pelamar yang dinilai memenuhi persyaratan mengikuti program pendidikan S-2 di perguruan-perguruan tinggi di Belanda, Jerman, Jepang, Korea Selatan, serta Australia, yang telah ditetapkan pihak Keminfo.

Kandidat wajib memilih program studi sesuai bidang-bidang studi yang juga telah ditetapkan Keminfo, serta khusus bagi kandidat yang mendapatkan tugas akhir berupa penelitian, wajib menyelesaikan penelitian dengan tema/topik sesuai visi dan misi Keminfo.

Pelamar akan mendapatkan prioritas jika saat ini telah memiliki Surat Penerimaan (Letter of Acceptence) dari perguruan tinggi yang telah ditetapkan Keminfo (daftar bidang studi dan perguruan tinggi terlampir) dan surat tersebut telah mendapatkan verifikasi dari Keminfo.

Sebagai syarat utama lainnya, pelamar telah lulus sarjana (S-1), memiliki IPK minimal 2,90 (dari skala 4), memiliki nilai Institutional TOEFL (ITP) minimal 550 atau IELTS minimal 6,5, serta mmiliki nilai Tes Potensi Akademik (TPA) minimal 550, serta mendapatkan rekomendasi dari pejabat berwenang. Kandidat yang diutamakan adalah yang telah memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun dan berusia maksimal 35 tahun.

Bagi yang berminat, pendaftaran dan penyerahan berkas lamaran beasiswa paling lambat 4 April 2011. Informasi lebih detail mengenai beasiswa ini bisa dilihat dan diunduh langsung di http://www.depkominfo.go.id.

NB: Beasiswa akan diberikan kepada para pelamar yang dinilai memenuhi persyaratan mengikuti program pendidikan S-2 di perguruan-perguruan tinggi di Belanda, Jerman, Jepang, Korea Selatan, serta Australia, yang telah ditetapkan pihak Keminfo.
Baca Selengkapnya...

KOMPAS.com — Pemerintah Federasi Rusia kembali menawarkan beasiswa kepada pelajar Indonesia untuk studi di Rusia. Program beasiswa yang dibuka tahun ini meliputi jenjang S-1, S-2, dan spesialisasi sebanyak 35 beasiswa, serta S-3 dan post-doctoral sebanyak 10 beasiswa.

Bagi yang berminat, persyaratan yang harus dipenuhi untuk pelamar beasiswa S-1 adalah nilai ijazah rata-rata 8,0 untuk mata pelajaran yang sesuai program studi tujuan, tidak ada angka merah untuk mata pelajaran lain, dan melengkapi berkas-berkas yang diperlukan.

Syarat utama untuk pelamar beasiswa S-2, kandidat harus memiliki IPK minimum 2,75 dengan usia maksimal 28 tahun atau tiga tahun setelah tamat S-1, dan melengkapi berkas-berkas yang diperlukan. Adapun beasiswa yang tersedia untuk bidang Ilmu Alam, Teknik, Sosial, dan Humaniora. Untuk Ilmu Hukum dan Ilmu Politik, masing-masing hanya tersedia satu kuota dan Kedokteran hanya tersedia tiga kuota.

Sementara itu, untuk beasiswa S-3, pelamar harus lulus S-2 dengan pengalaman kerja sesuai spesialisasi, berusia maksimal 35 tahun, dan membuat proposal singkat maksimal dua halaman bertema penelitian ilmiah dengan menyertakan daftar judul publikasi (kalau ada). Khusus lulusan Rusia, proposal dibuat dalam bahasa Indonesia dan Rusia dengan melengkapi berkas-berkas yang diperlukan, berkas lamaran dimasukkan ke dalam map hijau (dibuat masing-masing rangkap dua).

Untuk beasiswa post-doctoral, pelamar telah lulus doktoral dan memiliki pengalaman kerja sesuai spesialisasi. Usia pelamar maksimal 45 tahun dan harus membuat proposal singkat maksimal dua halaman tentang tema penelitian ilmiah dan menyertakan daftar judul publikasi (kalau ada).

Selain itu, pelamar juga harus menyertakan surat rekomendasi dari dua profesor. Khusus lulusan Rusia, proposal dibuat dalam bahasa Indonesia dan Rusia serta melengkapi berkas-berkas yang diperlukan.
Bagi yang berminat, pelamar akan melewati tiga tahap seleksi, yaitu seleksi lamaran, wawancara, dan lulus wawancara yang selanjutnya berkas dikirim ke dan diseleksi oleh Kementerian Pendidikan Rusia.

Adapun skema beasiswa yang akan diterima kandidat adalah biaya pendidikan selama jenjang pendidikannya S-1 (5 tahun), S-2, S-3, dan post-doctoral (3 tahun), uang saku per bulan 1.100 rubel atau 37,2 dollar AS untuk S-1 dan S-2, atau uang saku per bulan 1.500 rubel atau 50,8 dollar AS untuk S-3 dan post-doctoral.

Selain itu, S-1 dan S-2 akan mengikuti fakultas persiapan selama satu tahun untuk belajar Bahasa Rusia.
Mereka akan tiba di Rusia bulan September, sedangkan untuk program S-3 dan post-doctoral tiba di Rusia pada Desember.

Pemerintah Rusia tidak akan menanggung tiket pesawat Jakarta-Moskwa. Kandidat akan menerima uang saku untuk pengeluaran pribadi minimal 300 dollar AS per bulan dan polis asuransi kesehatan 250 dollar AS, kecuali untuk kota-kota tertentu di selatan dan timur Rusia. Penerima beasiswa juga akan disediakan asrama mahasiswa yang ongkos sewanya dibebankan kepada penerima beasiswa (lebih kurang 30 dollar AS per bulan).

Pendaftaran dibuka mulai dari 23 Maret 2011-14 April 2011. Pelamar bisa menghubungi Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia, Jalan Diponegoro 12, Menteng, Jakarta Pusat, di nomor 021 319 35290.

NB: Beasiswa yang akan diterima kandidat adalah biaya pendidikan selama jenjang pendidikannya S-1 (5 tahun), S-2, S-3, dan post-doctoral (3 tahun), uang saku per bulan 1100RUB/37,2 USD untuk S-1 dan S-2, atau uang saku per bulan 1500RUB/50,8USD untuk S-3 dan post-doctoral.
Baca Selengkapnya...

KOMPAS.com - Swiss German University (SGU), Serpong, Tangerang, menawarkan beasiswa penuh maupun parsial untuk program sarjana (S-1). Beasiswa dibuka untuk empat program studi, yaitu Teknologi Informasi, Akuntansi, Teknik Farmasi, serta Teknik Biomedis.

Bagi yang berminat, syarat utama meraih beasiswa ini adalah memiliki skor TOEFL 500 atau IELTS 5.5, dan nilai rapor kelas 10 dan 11 di atas rata-rata nilai sekolah, serta dapat melewati sesi interview dengan pihak SGU. Untuk selanjutnya, pemberian beasiswa akan disesuaikan dengan pencapaian akademik dan keaktifan mahasiswa di organisasi kemahasiswaan.

Informasi lebih lengkap tentang beasiswa bisa dilihat di http://www.sgu.ac.id. Batas pengiriman aplikasi ditutup 29 April 2011.
Baca Selengkapnya...

KOMPAS.com - Yayasan Sime Derby menawarkan Minamas-YSD Excellence Scholarship Programme atau program beasiswa untuk tahun akademik 2011/2012 dari Minamas. Tidak hanya jenjang S-2 (post-graduate), karena beasiswa ini juga diberikan untuk program studi S-1 (undergraduate) di universitas-universitas negeri di Indonesia.

Untuk program beasiswa S-1, bidang studi yang diprioritaskan meraih beasiswa ini adalah Bisnis dan Hukum (Akuntansi, Manajemen, dan Hukum), Teknik dan Mesin (Teknik Mesin, Teknik Listrik, Teknik Kimia dan Teknik Industri), Ilmu Pertanian (Studi Pertanian, Tekni Pertanian, Agrobisnis dan Kehutanan, serta Sains (Biologi).

Adapun perguruan tinggi yang dimasukkan dalam daftar beasiswa ini adalah Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), serta Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Bagi para peminat, skema beasiswa yang bisa diraih meliputi biaya kuliah dan biaya akademis lainnya secara penuh, tunjangan bulanan dan asrama/penginapan, tunjangan buku, tunjangan skripsi, biaya wisuda, serta tunjangan komputer.

Informasi mengenai beasiswa bisa dilihat di http://www.yayasansimedarby.com. Batas penyerahan aplikasinya ditunggu sampai 15 April 2011.
Baca Selengkapnya...