BANDUNG, KOMPAS.com - Belajar memecahkan masalah, memiliki empati terhadap orang lain, serta bisa mengambil keputusan dengan cepat dan berani mempertanggung jawabkan keputusannya tidak serta-merta didapatkan seorang mahasiswa melalui teori-teori diktat kuliah dan ceramah dosen di dalam kelas. Pendidikan karakter memang tidak dapat digarap secara teoritis, tapi langsung diterapkan di lapangan melalui serangkaian simulasi memecahkan permasalahan baik secara individu maupun kerjasama.
Output pelatihan ini baru terasa dan mereka aplikasikan saat mereka mulai bertemu masalah di kampus, di rumah dan di masyarakat. Ada perubahan pada sikap dan perilaku mereka.
-- Roni Aprilyanto
Demikian dituturkan Roni Aprilyanto, instruktur sekaligus direktur Zone 235, yaitu sebuah operator pelatihan di alam terbuka (outbound), saat bertugas memberikan pelatihan outbound bagi 450 mahasiswa/mahasiswi penerima beasiswa Djarum atau Beswan Djarum Plus di Cikole, Lembang, Bandung, Jawa Barat, Kamis-Jumat (27-28/1/2011). Menurutnya, pendidikan karakter tak bisa ditanamkan lewat teori-teori, tetapi harus diuji dalam bentuk simulasi asah kemampuan individu dan kerjasama secara langsung.
"Dan, alam bebas adalah sarana yang tepat untuk mengasah kedua hal itu. Dalam kondisi yang serba tidak biasa seperti di rumah atau kampus, mahasiswa kami ajak memecahkan masalah yang sulit, baik secara individu maupun berkelompok," papar Roni kepada Kompas.com, Jumat (28/1/20110).
Untuk itu, selama dua hari di hutan pinus Cikole tersebut para mahasiswa diajak berkemah dan menuntaskan 13 simulasi pemecahan masalah secara individu (individual games) dan berkelompok (team work games) yang disiapkan para instruktur Zone 235.
"Untuk individu, fokus pelatihan ini adalah memupuk rasa percaya diri, tingginya empati, serta leadership skill. Nantinya, dari tujuan simulasi individu itu kami padukan dengan team work, yaitu bagaimana rasa percaya mereka itu digunakan untuk memimpin timnya, keberanian berbicara dan mengambil keputusan, serta punya empati tinggi terhadap kesulitan anggota tim saat menghadapi masalah," kata Roni.
Roni menuturkan, sepanjang pengalamannya menjadi instruktur outbound, ia sadar, bahwa saat ini semakin terjadi pergeseran sikap dan perilaku pada anak-anak muda, khususnya mahasiswa, dalam hal empati dan sopan-santun. Di sisi lain, bermacam persoalan bangsa mulai dari korupsi, perpecahan akibat isu SARA, serta narkoba, sangat rentan untuk menjadikan anak-anak muda semakin individualis dan apatis.
"Memang, sepulang dari kegiatan ini mereka (mahasiswa) tidak serta berubah seratus persen. Karena biasanya, output dari pelatihan ini baru terasa dan mereka aplikasikan ketika mereka mulai bertemu masalah di kampus, di rumah dan di masyarakat. Ada perubahan pada sikap dan perilaku mereka," ungkapnya.
M Budi Santoso, Corporate Communication Officer PT Djarum, mengatakan Pelatihan Outbound "Achievement Motivation Training" adalah tradisi wajib bagi mahasiswa penerima Beswan Djarum. Sebagai pemberi beasiswa, Djarum merasa perlu memberikan "nilai lebih" dari sekadar membantu meningkatkan kualitas akademis mahasiswa yang menerima beasiswa, yaitu soft skills.
"Untuk benar-benar terjun ke masyarakat, mahasiswa saat ini semakin tidak cukup hanya mengandalkan kemampuan akademisnya, namun juga karakter mereka yang baik, apakah nantinya untuk bekerja di perusahaan atau menjadi seorang entrepreneur. Kami ingin, para penerima beasiswa kami bisa mengambil manfaat pelatihan ini, karena kami tahu, soft skills tidak seutuhnya mereka dapatkan di bangku kuliah," ujar Budi.
Ia mengatakan, pendidikan soft skills merupakan satu pilar pendidikan yang tidak didapatkan secara utuh di bangku pendidikan formal. Besarnya output dari pilar pendidikan ini menjadikan soft skills mutlak diperlukan dan diberikan untuk mengiringi hard skills para mahasiswa yang kelak akan terjun ke masyarakat setelah lulus nanti.
Outbound ini sendiri, lanjut Budi, merupakan satu dari beberapa pelatihan soft skills yang diberikan Djarum kepada para penerima beasiswanya. Tahap selanjutnya, beberapa bulan ke depan para penerima Beswan Djarum tersebut bersiap mengikuti dare to be a Leader atau DTL, yaitu program untuk memberikan wawasan yang lebih luas kepada para mahasiswa tentang kepemimpinan.
"Dare to be a Leader dipersiapkan agar bekal kepemimpinan mahasiswa penerima beasiswa semakin terasah mulai dari definisi, peran, tanggung jawab, hingga strategi jitu untuk memimpin," katanya.