JAKARTA, KOMPAS.com - Selama menjalani pendidikan formal, mahasiswa perlu didorong untuk mengasah soft skills yang nantinya berguna ketika memasuki dunia kerja. Untuk itu, perguruan tinggi mulai memperkuat pusat pengembangan karir yang menjadi wadah untuk mempertemukan dunia usaha atau industri dengan pencari kerja dari perguruan tinggi, memperluas kesempatan magang, hingga menggelar pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan soft skills.
Mahasiswa jangan hanya fokus belajar. Justru, mahasiswa juga perlu aktif dalam berbagai kegiatan atau organisasi.
-- Nurhadi
Nurhadi, Direktur Pusat Informasi Karir atau ECC Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dihubungi dari Jakarta, Jumat (11/2/2011), mengatakan mahasiswa jangan hanya fokus belajar. Justru, mahasiswa juga perlu aktif dalam berbagai kegiatan atau organisasi.
"Kesempatan seperti itu bagus untuk melatih soft skills yang nantinya berguna dan dibutuhkan di dunia kerja," kata Nurhadi.
Menurut Nurhadi, soft skills yang dibutuhkan terutama memiliki keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain, kemampuan beradaptasi, memiliki jiwa kepemimpinan, dan keterampilan berkomunikasi. Selain itu, rasa percaya diri dan kemampuan berbahasa Inggris harus dipertebal.
"Tetapi, sekarang yang tak kalah penting juga masalah kesehatan. Banyak lulusan mahasiswa yang tidak lolos tes bukan karena gagal di psikotes, tetapi kesehatan. Masalah kesehatan yang tertinggi terutama kolesterol dan jantung. Masalah gaya hidup sehat ini juga perlu dipopulerkan di pendidikan kita," kata Nurhadi.
Nurhadi mengatakan, ECC UGM memberikan berbagai program pelatihan soft skills, praktik dan kerja industri, konsultasi karir, hingga memberikan informasi lowongan kerja. Kegiatan pameran bursa kerja yang juga terbuka untuk umum rutin digelar.
Selain UGM, program serupa juga dilakukan oleh Career Development Center Universitas Indonesia (CDC UI) yang berada di bawah Departemen Alumni UI. Kegiatan semacam pameran karir dan beasiswa diadakan tak lama setelah wisuda di UI. Tujuannya untuk mempertemukan para lulusan UI yang hendak mencari kerja dengan perusahaan-perusahaan atau yang hendak melanjutkan kuliah dengan lembaga pemberi beasiswa maupun kampus.
Menteri Tenaga Kerja Muhaimin Iskandar mengatakan, siswa di pendidikan menengah dan mahasiswa perlu dibantu sedini mungkin untuk bisa merencanakan karirnya di masa mendatang. Selain itu, perusahaan juga didorong untuk membuka pemagangan untuk memberi pengalaman kerja yang berguna dalam mendeteksi kualitas calon-calon tenaga kerja.
"Kami juga berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan Nasional supaya kualitas pendidikan formal terus ditingkatkan. Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan perlu diatasi dengan kerjasama berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan formal," kata Muhaimin.
Menurutnya, pemerintah juga terus mendorong agar anak muda mempunyai motivasi untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mendorong pelatihan untuk menciptakan wirausaha mandiri agar bisa menyelesaikan persoalan pengangguran.
"Target tahun ini sedikitnya 10.000 wirausahawan muda tercipta," kata Muhaimin.
Nurhadi menambahkan, program kewirausahaan memang perlu terus digalakkan. Di UGM, lulusan yang terserap di perusahaan sekitar 50 persen.
"Selebihnya banyak yang mulai tertarik untuk berwirausaha," ujar Nurhadi.
Pengusaha Ciputra mengingatkan supaya pemerintah serius menyiapkan generasi entrpreneur di negeri ini. Upaya itu bisa melalui dunia pendidikan dan pelatihan-pelatihan di masyarakat.